Announcements:

Madrasah Mualaf Suciati Saliman: Rumah Aman dan Nyaman bagi Para Mualaf

Ditulis oleh: Mauliya Redyan Nurjannah

Terlahir sebagai seorang Muslim merupakan nikmat Allah yang luar biasa dan patut untuk disyukuri. Mengapa harus disyukuri? Sebab Allah SWT berfirman dalam QS.Āli ‘Imrān ayat 19 yang berbunyi

اِنَّ الدِّيْنَ عِنْدَ اللّٰهِ الْاِسْلَامُۗ

“Sesungguhnya agama (yang diridai) di sisi Allah ialah Islam.”

Namun, sayangnya tidak semua manusia mendapatkan keberuntungan mengenal Islam sejak lahir. Akhir-akhir ini banyak sekali saudara non-Muslim yang memutuskan untuk mengikrarkan dua kalimat syahadat. Entah karena tinggal di komplek yang mayoritas beragama Islam sehingga memiliki tetangga Muslim. Atau berinteraksi dengan rekan kerja Muslim. Selain itu, tidak bisa dipungkiri, perkembangan media sosial juga berdampak terhadap meluasnya syiar Islam. Faktor apapun yang menyebabkan banyaknya orang memilih menjadi mualaf adalah semata atas kehendak Allah SWT yang memberikan petunjuk bagi hamba yang terpilih.

Saat ini, permintaan dan kebutuhan para mualaf akan lingkungan yang mendukung dan memberikan kenyamanan untuk belajar Islam semakin meningkat. Madrasah Mualaf Suciati Saliman hadir untuk membantu lembaga pendampingan dan pembinaan mualaf di Indonesia. Berdiri sejak 25 April 2021, MMSS sudah berkontribusi dalam memberikan pendampingan kepada para mualaf dengan materi dasar keislaman, seperti fiqih ibadah (praktik salat), akidah, akhlak, dan baca tulis Al-Qur’an. 26 November 2024 lalu, Madrasah Mualaf Suciati Saliman (MMSS) batch ke-3 kembali dibuka. Hingga 14 Ramadan 1445 H bertepatan dengan 24 Maret 2024 M menjadi momen penutupan program tersebut.

Ustadz Achmad Fathurrohman Rustandi sebagai Mudir MMSS dalam sambutannya, beliau menyampaikan doa dan harapan untuk MMSS kedepannya. 

“Semoga Madrasah Mualaf ini menjadi rumah bagi kita maupun bagi orang yang ingin memeluk Islam di luar sana. Ada atau tidaknya kita, saya berharap  Madrasah Mualaf ini akan terus ada. Bisa saja beberapa tahun lagi program ini akan dilanjutkan oleh orang lain, bukan menjadi masalah. Tapi semoga kita tetap dicatat sebagai orang yang membuka jalan kebaikan sehingga kita juga mendapat manfaat yang sama.”

Beliau juga menyampaikan keresahannya terkait kondisi mualaf saat ini. Begitu banyak orang yang memutuskan untuk mengikrarkan dua kalimat syahadat dan menyandang gelar mualaf. Namun, yang bersungguh-sungguh dan memiliki komitmen untuk mempelajari Islam masih sangat sedikit. Beliau menegaskan kepada para mualaf dan tamu undangan bahwa memikirkan solusi atas permasalahan tersebut seharusnya menjadi tugas bersama.

Ustadz Achmad Fathurrohman dalam sambutannya juga menyampaikan bahwa akhlak adalah kebutuhan yang paling utama bagi semua orang. Terutama bagi saudara non-Muslim. Mereka tidak terlalu peduli, sedalam apa pemahaman kita terhadap agama, juga berapa banyak ayat Al-Qur’an atau hadis yang kita hafalkan. Namun, yang mereka butuhkan adalah bagaimana kita memuliakan mereka sebagai manusia seutuhnya. Seperti menjadi teman, rekan kerja atau tetangga yang baik dan menebar cinta kepada mereka. Sebagaimana untaian kalimat mutiara yang disampaikan oleh salah satu pendakwah, yakni Habib Husein Ja’far al-Hadar, “Cinta tidak memiliki agama, akan tetapi semua agama mengajarkan cinta”. Selain itu, keindahan Islam akan terpancar dari akhlak seorang Mukmin. Sebab sejatinya Islam adalah rahmatan lil ‘ālamin yang berarti Islam bukan hanya rahmat bagi manusia atau hewan saja akan tetapi rahmat bagi seluruh alam. 

Ayat yang beliau sampaikan sebagai motivasi bagi para mualaf adalah

إِنَّا لَّذِيْنَ قَالُوا۟ رَبُّنَا للّٰهُ ثُمَّ ٱسْتَقامُوا۟ تَتَنَزَّلُ عَلَيْهِمُ ٱلْمَلٓئِكَةُ أَلَّا تَخَافُوا۟ وَلَا تَحْزَنُوا۟ وَأَبْشِرُوا۟ بِٱلْجَنَّةِ ٱلَّتِى كُنتُمْ تُوْ عَدُ وْنَ

“Sesungguhnya orang-orang yang berkata, “Tuhan kami ialah Allah” kemudian mereka meneguhkan pendirian mereka maka malaikat akan turun kepada mereka dengan mengatakan, “Janganlah kamu takut dan janganlah merasa sedih hati; dan gembirakanlah kamu dengan (memperoleh) Surga yang telah dijanjikan kepadamu.” (QS. Fussilat [41]: 30)

Ayat ini menjadi kabar gembira, pengingat sekaligus motivasi bagi para mualaf untuk terus menguatkan iman dan ketakwaannya karena sesungguhnya Allah SWT sangat memahami segala kondisi hamba-Nya. Tidak mudah menjadi seorang mualaf. Banyak hal yang tentunya dihadapi sebelum dan setelah menjadi mualaf. Sebelum memutuskan menjadi mualaf mungkin saja mereka dihadapkan dengan keragu-raguan terhadap agama yang akan ditinggalkan dengan agama yang akan dipilih. Mengapa harus Islam? Apakah agama Islam lebih baik dari agama yang aku anut sekarang? Bagaimana dengan orang tuaku, sahabat-sahabatku. Apakah nanti aku masih bisa menjalin hubungan baik dengan mereka ketika sudah tidak seiman lagi? Apakah ketika masuk Islam rezekiku akan lebih baik? Pertanyaan-pertanyaan semacam ini menggambarkan bahwa memilih Islam adalah sebuah tantangan dari semua aspek, ekonomi, sosial, dan lainnya.

Pada kesempatan tersebut, para peserta mualaf juga diberikan kesempatan untuk mengutarakan kesan dan pesannya. Mereka sangat bersyukur diberikan kesempatan untuk belajar dasar-dasar Islam bersama MMSS. Besar harapan mereka untuk diberikan kesempatan menimba ilmu di program Madrasah Mualaf selanjutnya. Pernah di suatu waktu ketika salah satu peserta ditanya mengapa begitu istiqomah belajar di MMSS padahal sehari-hari aktif kerja, sudah berkeluarga, dan kondisi cuaca setiap kali pertemuan sering kali tidak mendukung karena musim hujan. Beliau memberikan keterangan bahwa jika tidak belajar di MMSS beliau kebingungan mencari tempat yang tepat untuk mempelajari agama Islam.

Keinginan mereka untuk belajar kembali di Madrasah Mualaf bukan tanpa alasan melainkan hal ini tidak lepas dari kontribusi para pengurus. Sebagaimana yang disampaikan oleh Pak Adji Hendarto dalam sambutannya  bahwa perkembangan Madrasah Mualaf Masjid Suciati semakin baik. Selain itu, juga karena keikhlasan Ustadz Achmad Faturrahman sebagai mudir. Beliau berprinsip bahwa sedikit atau banyaknya peserta yang hadir, porsi semangat beliau untuk mengajar akan tetap sama. 

Usai penutupan program ini, para pengurus mendiskusikan keberlanjutan program MMSS. Terutama mengupayakan koneksi dan silaturahmi antaralumni berjalan dengan baik sehingga dapat saling berbagi keluh kesah atau motivasi. Sebab dalam Islam menyambung silaturahmi sangatlah penting.

Demi keberlanjutan dan perkembangan MMSS, Penulis menyarankan supaya MMSS tetap konsisten membangun relasi dengan lembaga atau komuintas mualaf lainnya. Saling bertukar pengalaman terkait kepengurusan, program yang dirancang, dan lain-lain. Sehingga dapat menawarkan fasilitas nyaman dan aman bagi para mualaf di Indonesia. 

Penyunting: Ayu Festian Larasati

Penyelaras Aksara: Faqiha Mita Afifa

Leave Your Comments

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *