Tips Menjadi Konsumen Cerdas
- 5 April 2024
- Masjid Suciati Saliman
- Nasihat Islam
- 149 views
Ditulis oleh: Mauliya Redyan Nurjannah
“Perut kenyang, hatipun senang” Ungkapan ini sering kali kita dengar. Namun, sebagai konsumen yang baik, sudah sepatutnya cerdas dan bijak dalam mengonsumsi barang atau makanan. Oleh karena itu, penting bagi tiap individu untuk memperhatikan rambu-rambu yang Islam ajarkan sebab konsumen cerdas pasti paham prioritas.
Syariat Islam menjadi pokok penting bagi manusia terutama umat Muslim. Hal ini dimaksud untuk menciptakan kedamaian dan ketenangan dalam menjalani kehidupan. Sebenarnya, jika manusia menjalankan perintah Allah SWT dan menjauhi larangan-Nya maka sungguh kehidupannya akan lebih mudah. Sebab, Allah SWT memberikan aturan yang terdapat dalam Al-Qur’an dan hadis merupakan bentuk kecintaan terhadap hamba-Nya.
Secara etimologi, syariat berasal dari bahasa Arab yaitu kata syara’a yang artinya jalan. Sedangkan secara terminologi syariat berarti ketentuan yang mengatur hubungan antara manusia dengan sang pencipta, manusia dengan sesama manusia, dan manusia dengan makhluk Tuhan lainnya. Oleh karena itu, patut kita syukuri akan nikmat Allah SWT yang telah memberikan petunjuk bagi hamba-Nya dalam menjalani kehidupan. Namun, yang menjadi permasalahannya adalah apakah kita mau mengikuti petunjuk tersebut atau malah mengabaikannya sehingga berujung pada kezaliman terhadap diri sendiri.
Aturan, baik itu perintah maupun larangan dari Allah SWT sangatlah komprehensif. Mulai dari ketika kita bangun tidur hingga tidur kembali. Termasuk aturan yang berkaitan dengan aktivitas konsumen. Saat ingin mengonsumsi makanan, selain untuk menambah energi, kehalalan dan keberkahan perlu dijadikan sebagai pertimbangan. Salah satu perintah Allah SWT bagi hamba-Nya untuk memakan makanan yang halal lagi baik terdapat dalam QS. An-Nahl ayat 114 yang berbunyi,
فَكُلُوْا مِمَّا رَزَقَكُمُ اللّٰهُ حَلٰلًا طَيِّبًاۖ وَّاشْكُرُوْا نِعْمَتَ اللّٰهِ اِنْ كُنْتُمْ اِيَّاهُ تَعْبُدُوْنَ
“Maka makanlah yang halal lagi baik dari rezeki yang telah diberikan Allah kepadamu; dan syukurilah nikmat Allah, jika kamu hanya menyembah kepada-Nya. (QS. An-Nahl [16]:114)
Ayat ini menegaskan bahwasannya Allah SWT memerintahkan hamba-Nya untuk mengonsumsi makanan bukan hanya dilihat dari kehalalannya saja. Namun, penting juga mempertimbangkan tayyib atau kebaikan dari makanan tersebut. Tayyib di sini berarti bermanfaat bagi kesehatan tubuh. Contoh sederhananya, ketika kita memiliki riwayat penyakit mag, maka sebaiknya kita menghindari makanan yang pedas. Pentingnya memakan makanan halal lagi baik juga menjadi tolak ukur diterimanya doa kita. Penjelasan tersebut terdapat pada hadis Arbain Nawawi.
Dari Abu Hurairah RA, dia berkata, “Rasulullah SAW bersabda”, “Sesungguhnya Allah SWT itu baik (tayyib), tidak menerima kecuali yang baik. Dan sesungguhnya Allah memerintahkan kepada kaum Mukminin seperti apa yang diperintahkan kepada para rasul. Allah SWT berfirman “Wahai para rasul, makanlah dari makanan yang baik-baik dan kerjakanlah amal salih” (QS. Al-Mu’minun [23]: 51). Allah SWT berfirman “Wahai orang-orang yang beriman! Makanlah dari rezeki yang baik yang kami berikan kepadamu” (QS. Al-Baqarah [2]:172). Kemudian Rasulullah SAW menyebutkan seseorang yang lama bepergian; rambutnya kusut, berdebu, dan menengadahkan kedua tangannya ke langit, lantas berkata, “Wahai Rabbku, wahai Rabbku.” Padahal makanannya haram, minumannya haram, pakaiannya haram, dan dia dikenyangkan dari yang haram, bagaimana mungkin doanya bisa terkabul.” [HR. Muslim, no. 1015].
Berdasarkan hadis tersebut, kita dapat mengambil kesimpulan bahwa dosa menjadi sebab tertolaknya doa yang kita panjatkan. Cobalah untuk mengingat kembali apakah makanan yang kita makan halal? Apakah pakaian yang kita gunakan untuk menutup aurat halal? Apakah kendaraan yang kita gunakan untuk mencari nafkah halal? Hal ini penting untuk memastikan kehalalan dari sumber rezeki yang kita miliki. Jangan sampai rezeki yang kita dapatkan bersumber dari ketidakhalalan seperti, mencuri, riba, dan perbuatan lainnya yang dilarang oleh Allah SWT.
Aisha Maharani dalam bukunya yang berjudul “Halal Is My Way” menjelaskan bahayanya memakan makanan haram di antaranya; 1) Amalan ditolak, 2) Shalat ditolak, 3) Tertolaknya doa, 4) Membuat hati menjadi keras, 5) Terkikisnya keimanan, 6) Haji dan Umrah yang tertolak, 7) Silaturahmi dan sedekah akan sia-sia, 8) Penyebab masuk neraka. Oleh karena itu, sudah sepatutnya kita menghindari makanan yang sifatnya haram termasuk syubhat.
Ada beberapa cara yang bisa kita lakukan supaya terhindar dari makanan haram di antaranya:
1. Berdoa
Berdoa adalah hal utama yang harus dilakukan sebab berdoa menjadi wasilah mendekatkan diri dengan Allah SWT dan menjauhkan diri dari kemaksiatan. Berikut doa yang bisa diamalkan.
اللَّهُمَّ احْمِنِي مِنَ الأَكْلِ مِنْ هَذَا الطَعَامِ الَّذِي دُعِيْتُ إِلَيْهِ فَإِنْ لَمْ تَحْمِنِي مِنْهُ فَلَا تَدَعْهُ يُقِيْمُ فِي بَطْنِي فَاحْمِنِي مِنْ الوُقُوْعِ فِي المعَاصِي الَّتِي تَنْشَأُ مِنْهُ عَادَةٌ فَإِنْ لَمْ تَحْمِنِي مِنَ الوُقُوعِ فِي المعَاصِي فَاقْبِلِ اسْتِغْفَارِي وَأَرْضِ عَنِّي أَصْحَابَ التَّبَعَاتِ فَإِنْ لَمْ تَقْبَلْ اسْتِغْفَارِي وَلَمْ تُرْضِهِمْ عَنِّي فَصَبِّرْنِي عَلَى العَذَابِ يَا أَرْحَمَ الرَّاحِمِيْنَ
“Ya Allah, lindungi aku dari mengonsumsi makanan ini yang mengundangku untuk itu. Jika Kau tidak melindungiku darinya, jangan biarkan dia bermukim di perutku. Lindungilah aku dari maksiat yang biasanya muncul karena makanan seperti ini. Kalau Kau tidak melindungiku dari maksiat, terimalah istighfarku. Buatlah mereka yang memiliki hak atasku ridha. Jika Kau tidak menerima istighfarku dan tidak membuat mereka yang memiliki hak atasku ridha, berikanlah kekuatan bagiku dalam menanggung azab-Mu, wahai Tuhan yang maha pengasih.”
2. Berhati-hati memilih makanan
Jika hendak makan di restoran, alangkah baiknya memilih resto yang jelas menyediakan menu yang halal. Salah satu cara untuk memastikannya adalah resto yang dipilih sudah tersertifikasi MUI. Apalagi jika tinggal di luar negeri, kehati-hatian dalam memilih tempat makan adalah hal yang sangat perlu untuk diperhatikan.
3. Mengecek kebaikan dan kehalalan.
Cara yang bisa dilakukan untuk memastikan kehalalan produk yaitu dengan melakukan pengecekan melalui website seperti BPOM, LPPOM MUI, dan website lainnya. Jadi, prioritas memilih makanan jangan hanya enak dan mewahnya saja, melainkan juga harus bermanfaat bagi diri kita dan jelas kehalalannya.
4. Bergabung di komunitas pejuang halal
Supaya mudah mendapatkan informasi, dan motivasi untuk menghindari makanan yang haram maka perlu mengikuti komunitas-komunitas pejuang halal. Contohnya adalah halalcorner, yaitu komunitas yang mengedukasi dan memberikan jasa konsultasi halal. https://MyHalalCorner.com
Mulailah dari sekarang untuk memperhatikan segala hal yang kita konsumsi karena konsumen yang cerdas adalah konsumen yang taat aturan. Semoga bermanfaat.
Sumber :
Muhammad Abduh Tuasikal, M. (2021). Hadits Arbain #10: Halal Berpengaruh pada Doa Kita – Rumaysho.Com. Rumaysho.https://rumaysho.com/18473-hadits-arbain-10-halal-berpengaruh-pada-doa-kita.html. Diakses pada 02 Agustus 2023.
Maharani, Aisha. 2012. Halal Is My Way.Bandung: PT Mizan Pustaka.
Pengertian Syariah Menurut Para Pakar | Pengertian dan Definisi. (2017, October 15).https://pengertiandefinisi.com/pengertian-syariah-menurut-para-pakar. Diakses pada 02 Agustus 2023.
Penyunting: Zihan Nur Rahma
Penyelaras Aksara: Faqiha Mita Afifa
Leave Your Comments