Mendidik Anak Juga Ada Ilmunya, Lho!
Ditulis oleh: Ayu Festian Larasati
“Your children need your presence more than your presents”, membuktikan bahwa seorang anak nyatanya lebih membutuhkan kehadiran orangtua daripada sebuah hadiah. Jika orangtua meluangkan waktu untuk anak-anaknya, maka mereka akan merasa bahwa kehadirannya di dunia sangat diharapkan. Anak pun tidak akan merasa terabaikan.
Mendidik seorang anak adalah suatu hal yang perlu dipelajari lebih mendalam bagi orangtua atau seorang pendidik. Ketika orangtua sudah memahami cara mendidik dengan baik, maka anak-anak akan tumbuh dengan perilaku dan pemikiran yang baik pula. Akhir-akhir ini, banyak sekali lembaga atau komunitas yang mengadakan kegiatan parenting, khususnya ditujukan untuk para orangtua. Kegiatan ini biasanya berisi tentang cara mengasuh, mendidik, dan memahami tumbuh kembang anak. Tidak jarang kegiatan ini juga membahas bagaimana memahami psikologi seorang anak.
Pembahasan terkait psikologi anak, menjadi isu yang diangkat pada salah satu program kajian fikih perempuan oleh Masjid Suciati Saliman. Dalam hal ini, Masjid Suciati Saliman mengundang pembicara dari kalangan akademisi, yakni salah satu dosen Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga. Beliau adalah Dr. H. Muhsin Kalida, S. Ag., MA., merupakan pengajar di bidang psikologi pada program Studi Bimbingan dan Konseling Islam. Pada kajian kali ini, beliau membagikan ilmu tentang pentingnya memahami psikologi anak.
Bapak Muhsin Kalida memberikan pernyataan bahwa pertumbuhan dan perkembangan seorang anak sangat dipengaruhi oleh lingkungan, terutama didikan dari kedua orangtuanya. Setiap anak memiliki kemampuan dan kecenderungan yang berbeda-beda. Faktor yang membedakan hal tersebut salah satunya adalah bagaimana pengasuhan dan didikan orangtua terhadap anaknya. Zaman sekarang ini, banyak anak yang dituntut untuk memenuhi ekspektasi orangtua mereka. Tak jarang dari mereka menjadi korban ambisi orangtua sendiri, sehingga hal tersebut akan memberatkan seorang anak karena harus melakukan sesuatu di luar kemampuannya.
Pada kenyataannya kehidupan anak-anak penuh dengan imajinasi. Maka, ketika menceritakan sesuatu kepada mereka, harus disampaikan secara ekspresif dan dramatis. Sehingga diharapkan dapat mengembangkan imajinasi mereka. Hal tersebut dapat diupayakan oleh orangtua mulai sejak dini, supaya dapat membantu mereka tumbuh dengan cerdas. Kecerdasan seorang anak harus selalu didukung oleh orangtua dengan cara memberikan pendidikan di sekolah umum atau pendidikan Islami, seperti Taman Pendidikan Al-Qur’an (TPA). Harus dipahami pula bahwa orangtua adalah pendidik dan juga panutan anak-anak ketika mereka di rumah.
Pertumbuhan dan perkembangan seorang anak sejak kecil hingga beranjak dewasa tentunya melewati fase-fase psikologi. Oleh karena itu, penting bagi orangtua untuk selalu memperhatikan dan memahami pertumbuhan seorang anak di setiap fase tersebut. Pemilihan pola asuh sangat berperan dalam mendidik anak. Bapak Muhsin Kalida juga menyampaikan bahwa anak-anak tumbuh dan berkembang melalui beberapa fase. Fase pertama, ketika bayi sudah berusia 4 bulan 10 hari dalam kandungan, ia akan bersaksi bahwa Allah SWT adalah Tuhannya. Di usia tersebut pula, bayi sudah memiliki indra penciuman dan indra pengecapan. Di usia kehamilan tersebut, penting bagi seorang ibu untuk memperhatikan asupan makanan yang masuk ke dalam tubuhnya. Karena janin sudah mampu merasakan berbagai rasa makanan yang dikonsumsi oleh ibunya. Fase ini disebut sebagai fase psikologi prenatal.
Fase Kedua, bayi berusia 0-2 bulan sudah mampu menunjukkan emosi yang berkaitan dengan fisik. Contohnya, mereka akan menangis ketika dalam keadaan lapar, dingin, panas, dan lain-lain. Setiap kondisi yang dirasakan oleh bayi ini, tentu akan ditunjukkan dengan tangisan yang berbeda-beda, sehingga orangtua harus tanggap dalam memahami kondisi seorang bayi. Ketiga, umur 2 bulan sampai 1 tahun, psikis anak sudah mulai berkembang. Mereka mampu mengenali orang-orang terdekatnya, seperti orangtua atau orang-orang yang mereka kenal. Kemudian keempat, anak berusia 1-3 tahun sudah mampu mengungkapkan perasaan dengan bahasa lisan atau tubuh. Pada usia ini, emosi atau perasaan anak masih belum stabil, sehingga tidak heran jika mereka cepat tersulut emosi.
Fase Kelima, ketika anak menginjak usia 3-6 tahun, mereka memasuki masa ideal untuk mempelajari keterampilan. Pada usia ini, kreatifitas orangtua atau pengasuh sangat dibutuhkan untuk perkembangan anak. Sebab, di usia ini lah seorang anak mengalami proses pembelajaran. Anak-anak mudah meniru dan menerima apa yang dilihat dari lingkungan sekitar. Oleh sebab itu, orangtua harus memperhatikan lingkungan dan pergaulan mereka. Kemudian keenam, memasuki usia 6-12 tahun, anak-anak sudah mampu mengungkapkan sesuatu yang diterima dari lingkungan. Mereka juga mampu untuk menilai mana yang baik dan mana yang buruk.
Berdasarkan fase-fase psikologis yang sudah dijelaskan oleh Bapak Muhsin Kalida, memahami karakter dan tingkah laku seorang anak sangatlah penting. Hal ini dapat membantu orangtua dalam menyikapi perilaku anak, dan menyesuaikan metode didikan apa yang seharusnya digunakan.[]
Penyunting: Mauliya Redyan Nurjannah
Copyright 2024, All Rights Reserved
Leave Your Comments