Meresahkan: Tren Homoseksual di Industri Hiburan
- 20 Februari 2024
- Masjid Suciati Saliman
- Dakwah
- 200 views
Ditulis oleh: Faqiha Mita Afifa
Perkembangan LGBT yang sangat cepat, mengakibatkan perilaku penyimpangan tersebut telah mencapai titik yang dianggap wajar. Parahnya, industri hiburan ikut andil dalam meromantisasi hubungan sesama jenis bahkan mengemasnya dengan cerita yang menarik untuk ditonton. Dampaknya, banyak individu secara tidak sadar terperangkap dan ternodai oleh tren tersebut. Salah satu representasi dari maraknya LGBT adalah genre hiburan hubungan sesama jenis (antarlelaki).
Genre ini termasuk salah satu subgenre kisah romantis yang fenomenal dan dianggap mampu menyaingi kepopuleran K-Pop. Penyebarannya begitu masif dilakukan karena tiga alasan, yakni romantisasi, khayalan, dan unik. Mirisnya, faktor tersebut menjerumuskan banyak anak muda. Mereka menganggap bahwa hubungan yang dipertontonkan terkesan romantis dan lazim. Hal ini berdampak pada pergeseran norma atau persepsi terhadap kaum LGBT yang awalnya terkutuk menjadi sebuah fenomena yang diterima masyarakat. Pada akhirnya, menormalisasikan tindakan tersebut akan merusak generasi bangsa akibat timbulnya orientasi seksual yang sifatnya tidak wajar.
Fenomena ini sangat berbahaya terutama bagi anak muda yang cenderung berada dalam kondisi labil. Terlebih, kampanye hubungan sesama jenis dikemas dalam bentuk novel, komik, film, dan drama. fenomena ini juga ditemui di berbagai konteks kehidupan, seperti historical, youth, school, adult, dan lain-lain yang tersebar di beberapa negara. Thailand, merupakan negara pertama yang menggaungkan bisnis hubungan sesama jenis. Pada 2014, Thailand pertama kali membangun bisnis tersebut dan mencapai kepopuleran pada 2020. Bisnis ini muncul akibat fenomena Work From Home (WFH).
Perkembangan bisnis ini sangat meresahkan, Thailand bahkan mengembangkan bisnis tersebut dengan berinvestasi senilai 10,7 juta dolar Amerika pada 2021. Di tahun tersebut pula, bisnis ini mengalami peningkatan produksi dengan jumlah 38 series atau film. Produksi ini meningkat dibanding tahun sebelumnya yang hanya berjumlah 21 film. Setiap tahun, bisnis ini mengalami peningkatan sebesar 40-60%. Terlebih, didukung dengan adanya agensi besar yang menaungi bisnis ini. Lalu, bagaimana perkembangan bisnis hubungan sesama jenis di negara lain?
Gelombang kesuksesan bisnis hubungan sesama jenis di Thailand, tidak hanya berdampak pada tingkat domestik. Tetapi juga mempengaruhi negara lain, termasuk Asia Timur yang dikenal dengan tradisi konservatifnya yang masih tinggi. Negara lainnya, seperti Taiwan, China, Korea Selatan, dan Jepang kini berlomba-lomba dalam bisnis tersebut karena memiliki pangsa pasar yang luas. Sejak 1970-an, bisnis ini muncul di Jepang dalam bentuk komik. Pada 1990-an, bisnis ini diproduksi dalam bentuk anime. Bahkan, fenomena yang muncul bukan hanya hubungan sesama jenis (antarlelaki). Namun, juga antarperempuan. Hal ini tentu akan sangat berdampak buruk terhadap persepsi dan norma sosial.
Masyarakat dan pemerintah seharusnya tidak abai dengan fenomena ini karena telah menyasar di Indonesia. Indonesia menjadi salah satu penikmat produk hubungan sesama jenis terbanyak. Mirisnya, para artis pemain film genre tersebut memiliki jaringan penggemar yang tersebar dan membuat agenda fanmeet di Indonesia. Fenomena ini telah terjadi sejak 2018.
Adanya pertemuan ini menegaskan bahwa hubungan sesama jenis telah menjadi hiburan dengan peminat tinggi dan loyal. Padahal harga tiket yang ditawarkan lumayan mahal mulai dari Rp 650.000 hingga Rp 3.000.000. Beruntungnya Indonesia masih memiliki benteng pertahanan terakhir, yakni konstitusi agama dan adat istiadat ketimuran. Sehingga penyebaran bisnis ini dapat terminimalisir. Buktinya, terdapat salah satu acara fanmeet yang batal diselenggarakan di Indonesia karena terhalang perizinan. Namun, walaupun demikian fenomena ini harus tetap mendapat perhatian dari berbagai kalangan supaya tidak merusak generasi bangsa.
Melihat perkembangan LGBT yang semakin pesat, sudah seharusnya dilakukan pencegahan yang melibatkan seluruh lapisan masyarakat. Mulai dari lingkungan terdekat, yaitu orang sekitar atau diri sendiri. Jangan mudah menilai dan menghakimi orang lain. Seseorang akan mudah berubah ketika yang disentuh adalah hatinya. Dekati dengan kebaikan bukan dengan penolakan, apalagi kekerasan. Upaya preventif dapat dilakukan dengan cara membentuk lingkungan yang mampu menerapkan edukasi seks dan gender sejak dini. Salah satunya adalah lingkungan keluarga. Pilih dan pilah tayangan atau tontonan pada anak. Kasih sayang pada keluarga menjadi tameng kuat dalam melawan LGBT. Keras dan tegas tetapi juga memberikan rasa aman dan kehangatan. LGBT mudah menyusup terutama pada masa remaja yang cenderung sedang berusaha mencari jati diri dan sering melakukan konformitas pada lingkungan sekitar.
Apabila sudah pada tahap kecanduan dalam menonton tayangan LGBT atau sudah masuk kedalam ranah pergaulan LGBT. Beberapa alternatif kuratif atau pengobatan yang dapat dilakukan, yaitu dengan menemui tenaga profesional. Jujur pada keadaan diri akan membantu pemulihan dan kesembuhan. Walaupun berusaha jujur sangat berat, tetapi hal itu bukan mustahil untuk dilakukan. Temukan lingkungan yang mendukung dan sama-sama mau berubah. Mencari guru rohani yang membimbing dan bukan mencaci kondisi yang sedang dihadapi. Guru rohani penting dalam menstabilkan kondisi jiwa saat terjadi pertentangan dalam proses merubah perilaku diri.
Jangan menyerah pada sebuah keadaan, karena Allah SWT tidak merubah suatu kaum sampai kaum tersebut mempunyai keinginan dan bergerak untuk berubah. Tidak ada kata terlambat dalam berjuang selagi masih diberikan kesempatan untuk berubah. Terakhir, supaya tidak terjerumus dalam jeratan kemaksiatan tersebut, Penulis menyarankan kepada Pembaca untuk selalu berupaya mengontrol diri, mencari teman dan lingkungan yang positif. Hal penting yang harus dilakukan juga adalah berdoa kepada Allah SWT supaya dijauhkan dari segala keburukan dan fitnah.
Penyunting: Mauliya Redyan Nurjannah
Penyelaras Aksara: Ayu Festian Larasati
Leave Your Comments