Tips Hidup Tenang di Era Hidup Tegang
Ditulis oleh: Salma Noor Fadhila
Berdasarkan data dari Daily Operational Reporting System (DORS)-SOPS POLRI, sebanyak 451 kasus bunuh diri telah terjadi di Indonesia. Data tersebut tercatat dari Januari hingga Mei 2023. Apabila dirata-ratakan, setiap harinya sebanyak tiga orang yang melakukan tindakan tersebut. Menurut pakar Psikolog Universitas Airlangga (UNAIR), Atika Dian Ariana, M.Sc. M.Psi., secara psikologis kemungkinan yang bersangkutan memiliki kerentanan untuk merasa tidak berarti.
Bulan Januari lalu, tepatnya hari Selasa tanggal 9, diberitakan seorang mahasiswa salah satu kampus di Malang melakukan tindakan bunuh diri. Motif tersebut, diduga akibat depresi karena skripsi yang tak kunjung selesai. Kasus lainnya juga, seorang siswa kelas 4 Sekolah Dasar tewas gantung diri akibat mengalami perundungan dari teman-temannya karena disebut tidak memiliki ayah dan ibu. Fenomena ini menyadarkan kita bahwa kasus bunuh diri diakibatkan berbagai faktor dan tidak mengenal usia.
Maraknya kasus bunuh diri saat ini menjadi sebuah fenomena yang berkaitan erat dengan istilah self healing. Dalam hidup, kita sering kali dihadapkan dengan berbagai masalah. Tak jarang masalah yang timbul meninggalkan goresan luka batin. Luka batin yang dimaksud seperti, gangguan psikologis, trauma akan pengalaman buruk maupun kejadian lainnya yang berpengaruh negatif terhadap kondisi emosional seseorang. Istilah self healing kini semakin populer seiring dengan perkembangan zaman. Tantangan dan beban serta kompleksitas yang muncul di sekitar, kerap bermuara pada kebutuhan akan penyembuhan diri. Dalam ajaran Islam, penyembuhan diri dapat dilakukan dengan menjadikan Al-Qur’an sebagai obat.
Nah, mengapa Al-Qur’an dijadikan pilihan? Karena Al-Qur’an merupakan firman Allah yang istimewa dan diturunkan secara eksklusif. Allah SWT tidak sembarang memilih waktu, tempat, dan kepada siapa firman-firman-Nya dititipkan. Al-Qur’an diturunkan melalui malaikat terpilih, yakni Malaikat Jibril. Al-Qur’an kemudian diturunkan kepada nabi terpilih, beliau adalah Nabi Muhammad SAW. Selain itu, dua kota yang dipilih sebagai tempat diturunkannya Al-Qur’an adalah kota yang sangat mulia, yakni Makkah dan Madinah. Waktu diturunkannya pun pada bulan yang sangat istimewa, yaitu bulan Ramadan. Sehingga disebut dengan lailatul qadar, artinya malam yang lebih mulia dari seribu bulan. Semua itu menjadi bukti akan keistimewaan Al-Qur’an.
Lantas, bagaimana cara kita menjadikan Al-Qur’an sebagai media self healing? Allah SWT berfirman dalam Al-Qur’an surah Yunus, ayat 57:
يٰٓاَيُّهَا النَّاسُ قَدْ جَاۤءَتْكُمْ مَّوْعِظَةٌ مِّنْ رَّبِّكُمْ وَشِفَاۤءٌ لِّمَا فِى الصُّدُوْرِۙ وَهُدًى وَّرَحْمَةٌ لِّلْمُؤْمِنِيْنَ
“Wahai manusia! Sungguh, telah datang kepadamu pelajaran (Al-Qur’an) dari Tuhanmu, penyembuh bagi penyakit yang ada dalam dada dan petunjuk serta rahmat bagi orang yang beriman.”
Dari ayat tersebut, dapat kita pahami bahwa Al-Qur’an merupakan obat bagi penyakit yang ada di dalam dada manusia. Termasuk penyakit hati, penyakit jiwa, perasaan tidak nyaman, pikiran tak tenang dapat diobati dengan tilawah Al-Qur’an. Al-Qur’an tidak hanya sekedar bacaan yang bernilai ibadah.Namun, begitu banyak keajaiban yang terkandung di dalamnya. Apabila kita membutuhkan penyembuhan terhadap jiwa, perasaan, pikiran, dan hati, solusi terbaik adalah tilawah Al-Qur’an.
Bagaimana, sih cara bertilawah dengan hati dan menjadikannya sebagai media self healing? Allah telah mengajarkan kita melalui firman-Nya:
أَفَلَا يَتَدَبَّرُونَ ٱلْقُرْءَانَ أَمْ عَلَىٰ قُلُوبٍ أَقْفَالُهَآ
“Maka apakah mereka tidak mendengarkan Al-Quran ataukah hati mereka terkunci?” (QS. Muhammad [26]: 24)
Tadabur Al-Qur’an menjadi rahasia supaya tilawah dapat berfungsi sebagai healing yang powerfull. Tadabur Al-Qur’an adalah memaknai apa yang kita baca dengan pemaknaan mendalam. Nah, kita bisa melakukannya dengan membaca ayat-ayat tematik yang sesuai dengan permasalahan kita atau ayat yang berisi kisah teladan. Seperti kisah pengorbanan, penderitaan, dan perjuangan para nabi dalam berdakwah, demi membuka jalan cahaya kebenaran. Setelah kita memilih ayat tematik yang sesuai, kita akan lebih mudah untuk mentadaburinya. Kemudian, bacalah berulang-ulang ayat tersebut beserta terjemahnya dengan khusyuk dan renungkan maknanya dalam hati. Untuk menciptakan tilawah Al-Qur’an yang powerfull tidak cukup hanya dengan membaca hurufnya. Namun, kita harus membaca maknanya, meresapinya, dan dilakukan berulang kali. Selain itu, kita perlu mencari waktu ternyaman untuk tadabur. Sehingga kita dapat merasakan sensasi kenikmatan ibadah sampai pada kondisi bersujud dan menangis di hadapan-Nya.
Sejatinya, tiada tempat mengadu dan memohon pertolongan dengan penuh harap selain kepada-Nya. Ning Shema, beliau adalah salah seorang pendakwah perempuan pernah mengatakan, “Harapan adalah candu yang menghidupkan kembali apa yang telah layu. Harapan menjadi penghias kesabaran dalam menjalani terjalnya hidup. Jangan lelah berharap, berdoa, dan bersabarlah karena Allah tidak mungkin menyia-nyiakan hamba-Nya.” Salah satu media yang ampuh untuk berkomunikasi dengan-Nya adalah Al-Qur’an. Ingat! tiada kebahagiaan yang abadi di dunia ini. Kebahagiaan abadi dapat dirasakan ketika kita berjumpa dengan Allah SWT dalam kehidupan yang kekal.
Penyunting: Mauliya Redyan Nurjannah
Penyelaras Aksara: Ayu Festian Larasati
2 Thoughts to 'Tips Hidup Tenang di Era Hidup Tegang'
Cinta
20 Februari 2024 at 9:01 pmRingan bacaannya tapi berbobot
Masjid Suciati Saliman
17 Maret 2024 at 8:05 amTerima kasih, kk