Moderat dalam Beragama, Maslahat dalam Bernegara
- 17 Juli 2023
- Masjid Suciati Saliman
- Khutbah
- 451 views
Ditulis oleh: Nurjamil Dimyati
Agama Islam adalah agama yang rahmatan lil’alamin. Agama yang hadir di tengah kehidupan masyarakat untuk mewujudkan kedamaian dan kasih sayang bagi manusia maupun alam semesta. Moderasi beragama merupakan salah satu upaya kita menjaga kedamaian dan kerukunan masyarakat. Khususnya dalam berbangsa dan beragama.
Teks khutbah Jumat berikut ini berjudul “Moderasi Beragama”. Semoga bermanfaat.
Khutbah I
اَلْحَمْدُ لِلّٰهِ الَّذِيْ أَمَرَنَا بِتَرْكِ الْمَنَاهِيْ وَفِعْلِ الطَّاعَاتِ. أَشْهَدُ أَنْ لَا إِلٰهَ إِلَّا اللهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ ، وَأَشْهَدُ أَنَّ سَيِّدنا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ الدَّاعِي بِقَوْلِهِ وَفِعْلِهِ إِلَى الرَّشَادِ. اَللّٰهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى اٰلِهِ وَأَصْحَابِهِ الْهَادِيْنَ لِلصَّوَابِ وَعَلَى التَّابِعِيْنَ لَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الْمَآبِ
أَمَّا بَعْدُ، فَيَااَيُّهَا الْمُسْلِمُوْنَ، اِتَّقُوْا اللهَ حَقَّ تُقَاتِه وَلَاتَمُوْتُنَّ إِلاَّ وَأَنْـتُمْ مُسْلِمُوْنَ فَقَدْ قَالَ اللهُ تَعَالىَ فِي كِتَابِهِ الْكَرِيْمِ: يٰٓاَيُّهَا النَّاسُ اِنَّا خَلَقْنٰكُمْ مِّنْ ذَكَرٍ وَّاُنْثٰى وَجَعَلْنٰكُمْ شُعُوْبًا وَّقَبَاۤىِٕلَ لِتَعَارَفُوْاۚ اِنَّ اَكْرَمَكُمْ عِنْدَ اللّٰهِ اَتْقٰىكُمْۗ اِنَّ اللّٰهَ عَلِيْمٌ خَبِيْرٌ
Ma’āsyiral muslimīn raḥimahumullah,
Allah Swt. berfirman dalam Q.S. Al-Baqarah ayat 143:
وَكَذٰلِكَ جَعَلْنٰكُمْ اُمَّةً وَّسَطًا لِّتَكُوْنُوْا شُهَدَاۤءَ عَلَى النَّاسِ وَيَكُوْنَ الرَّسُوْلُ عَلَيْكُمْ شَهِيْدًا ۗ
Artinya: “Dan demikian pula Kami telah menjadikan kamu (umat Islam) ”umat pertengahan” agar kamu menjadi saksi atas (perbuatan) manusia dan agar Rasul (Muhammad) menjadi saksi atas (perbuatan) kamu.”
Kedatangan Islam yang dibawa oleh Nabi Muhammad Saw. saat itu dikenal sebagai agama penengah antara dua agama yaitu Yahudi dan Nasrani. Nasrani dikenal sebagai agama yang sangat melangit, sementara Yahudi dikenal sebagai agama yang membumi. Islam hadir dikenal sebagai agama yang bisa mengakomodir keekstreman dua agama tersebut. Selain itu, ayat ini mengingatkan kita bahwa Allah Swt. memberi petunjuk untuk senantiasa menjadi umat yang wasathiyah. Umat yang moderat, proporsional, dan berada di tengah dalam berbagai hal, khususnya dalam beragama. Kita diperintahkan untuk tidak beragama secara ekstrem, baik ekstrem kanan maupun kiri. Dalam beragama pun, Allah memerintahkan untuk tidak berlebih-lebihan yang diistilahkan dengan “ghuluw”. Allah Swt. berfirman dalam Q.S. An-Nisa’ ayat 171:
يٰٓاَهْلَ الْكِتٰبِ لَا تَغْلُوْا فِيْ دِيْنِكُمْ وَلَا تَقُوْلُوْا عَلَى اللّٰهِ اِلَّا الْحَقَّۗ
Artinya: “Wahai Ahli Kitab! janganlah kamu melampaui batas dalam agamamu, dan janganlah kamu mengatakan terhadap Allah kecuali yang benar.”
Ke-moderat-an umat Islam pun tentunya tidak sampai melupakan esensi firman Allah Swt. dalam surah Al-Baqarah ayat 120:
ۗوَلَنْ تَرْضٰى عَنْكَ الْيَهُوْدُ وَلَا النَّصٰرٰى حَتّٰى تَتَّبِعَ مِلَّتَهُمْ
Artinya: “Dan orang-orang Yahudi dan Nasrani tidak akan rela kepadamu (Muhammad) sebelum engkau mengikuti agama mereka.”
Ma’āsyiral muslimīn raḥimahumullah,
Dalam konteks kehidupan di Indonesia, bersikap moderat adalah mampu menempatkan diri pada situasi perbedaan dan keberagaman yang sudah menjadi sunnatullah. Kita tahu bahwa Indonesia adalah negara yang dianugerahi kebhinekaan suku, budaya, bahasa, termasuk agama. Jika kita tidak moderat dalam bersikap, maka perbedaan yang ada akan saling berbenturan sehingga rawan terjadi konflik dan perpecahan. Oleh karenanya, para pendiri bangsa telah bijak merumuskan ideologi yang sangat tepat dalam menaungi kebhinekaan ini dengan ideologi Pancasila yang dibingkai dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Bersikap moderat sebenarnya sudah dicontohkan oleh ulama Nusantara yang berdakwah dengan menggunakan infrastruktur budaya. Para ulama bisa menanamkan prinsip yang memadukan beragama, berbudaya, dan berbangsa dalam satu tarikan napas. Namun seiring dengan adanya revolusi teknologi, di mana informasi bisa diakses oleh siapapun, dimanapun, dan kapanpun, paham keagamaan radikal ekstrimis juga bermunculan seperti jamur di musim hujan.
Paham keagamaan transnasional dari luar negeri yang awalnya tidak dikenal di Indonesia, masuk mempengaruhi paham keagamaan yang moderat di Indonesia. Termasuk, melakukan propaganda untuk mengganti ideologi Pancasila dan NKRI dengan sistem yang menafikan perbedaan dan keragaman seperti sistem khilafah dan sejenisnya. Padahal Allah menciptakan perbedaan bukan untuk saling bermusuhan, namun untuk saling melengkapi dengan saling kenal-mengenal. Allah berfirman dalam surah Al-Hujurat ayat 13:
يٰٓاَيُّهَا النَّاسُ اِنَّا خَلَقْنٰكُمْ مِّنْ ذَكَرٍ وَّاُنْثٰى وَجَعَلْنٰكُمْ شُعُوْبًا وَّقَبَاۤىِٕلَ لِتَعَارَفُوْا ۚ اِنَّ اَكْرَمَكُمْ عِنْدَ اللّٰهِ اَتْقٰىكُمْ ۗاِنَّ اللّٰهَ عَلِيْمٌ خَبِيْرٌ ١٣
Artinya: “Wahai manusia! Sungguh, Kami telah menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan, kemudian Kami jadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku agar kamu saling mengenal. Sesungguhnya yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling bertakwa. Sungguh, Allah Maha Mengetahui, Mahateliti.”
Ma’āsyiral muslimīn raḥimahumullah,
Beragama secara moderat menjadi kunci kemaslahatan dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Diperlukan upaya dan usaha untuk menjadikan diri kita sosok yang moderat. Di antaranya adalah dengan terus menambah pengetahuan tentang esensi dari beragama dengan melihat situasi dan kondisi masyarakat. Dengan memahami ajaran agama dan bersikap fleksibel dalam kehidupan di masyarakat, seseorang bisa menyikapi perbedaan-perbedaan yang ada di masyarakat. Dengan sikap ini, niscaya tidak akan ada yang merasa paling pintar dan paling benar sendiri serta dengan mudahnya menyalahkan orang lain.
Dalam beragama, kita juga harus mengganti emosi keagamaan dengan cinta keagamaan. Emosi dan terlalu semangat dalam beragama tanpa dilandasi pengetahuan yang memadai, akan menjadikan seseorang bisa melanggar tuntunan agamanya sendiri. Selain itu, kita harus selalu berhati-hati dengan godaan setan yang selalu mengganggu ibadah dengan memasukkan unsur riya’, sombong, dan merasa paling saleh. Oleh karenanya, mari kita kuatkan niat beribadah bukan karena motif dan misi lain terlebih misi yang bersifat duniawi. Jangan sampai ibadah kita sia-sia. Rasulullah Saw. sudah menegaskan dalam hadisnya di Kitab Ta’līmul Muta’allim:
كَمْ مِنْ عَمَلٍ يَتَصَوَّرُ بِصُوْرَةِ أعْمَالِ الدُّنْيَا وَيَصِيْرُ بِحُسْنِ النِّيَّة مِنْ أَعْمَالِ الْآخِرَة،وَكَمْ مِنْ عَمَلٍ يَتَصَوَّرُ بِصُوْرَةِ أعْمَالِ الْاٰخِرَةِ ثُمَّ يَصِيْرُ مِنْ أَعْمَالِ الدُّنْيَا بِسُوْءِ النِيَّةِ
Artinya: “Banyak amalan yang tampak sebagai perbuatan duniawi berubah menjadi perbuatan ukhrawi lantaran niat yang bagus. Banyak pula amalan yang terlihat sebagai perbuatan ukhrawi berubah menjadi perbuatan duniawi lantaran niat yang buruk.”
Ma’āsyiral muslimīn raḥimahumullah,
Inti dari paparan ini, mari kita terus menebar perdamaian di masyarakat kita melalui moderasi beragama. Semoga kita bisa terus menebar kesejukan dalam kehidupan berbangsa dan beragama dengan nilai-nilai dan sikap moderat. Moderat dalam beragama dan maslahat dalam berbangsa. Amin.
بَارَكَ اللهُ لِيْ وَلَكُمْ فِيْ هٰذَا الْيَوْمِ الْكَرِيْمِ، وَنَفَعَنِيْ وَإِيَّاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ الصَّلَاةِ وَالزَّكَاةِ وَالصَّدَقَةِ وَتِلَاوَةِ الْقُرْاَنِ وَجَمِيْعِ الطَّاعَاتِ، وَتَقَبَّلَ مِنِّيْ وَمِنْكُمْ جَمِيْعَ أَعْمَالِنَا إِنَّهُ هُوَ الْحَكِيْمُ الْعَلِيْمُ، أَقُوْلُ قَوْلِيْ هٰذَا وَأَسْتَغْفِرُ اللهَ لِيْ وَلَكُمْ، فَاسْتَغْفِرُوْهُ، إِنَّهُ هُوَ الْغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ
Khutbah II
اَلْحَمْدُ لِلّٰهِ حَمْدًا كَمَا أَمَرَ. أَشْهَدُ أَنْ لَا إِلٰهَ إِلَّا اللهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ، إِلٰهٌ لَمْ يَزَلْ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ وَكِيْلًا. وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ وَحَبِيْبُهُ وَخَلِيْلُهُ، أَكْرَمِ الْأَوَّلِيْنَ وَالْاٰخِرِيْنَ، اَلْمَبْعُوْثِ رَحْمَةً لِلْعَالَمِيْنَ. اَللّٰهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلىَ اٰلِهِ وَأَصْحَابِهِ وَمَنْ كَانَ لَهُمْ مِنَ التَّابِعِيْنَ، صَلَاةً دَائِمَةً بِدَوَامِ السَّمَوَاتِ وَالْأَرْضِيْنَ أَمَّا بَعْدُ: فَيَا أَيُّهَا الْحَاضِرُوْنَ اتَّقُوا اللهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَذَرُوْا الْفَوَاحِشَ مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ. وَحَافِظُوْا عَلَى الطَّاعَةِ وَحُضُوْرِ الْجُمْعَةِ وَالْجَمَاعَةِ وَالصَّوْمِ وَجَمِيْعِ الْمَأْمُوْرَاتِ وَالْوَاجِبَاتِ. وَاعْلَمُوْا أَنَّ اللهَ أَمَرَكُمْ بِأَمْرٍ بَدَأَ بِنَفْسِهِ. وَثَنَى بِمَلَائِكَةِ الْمُسَبِّحَةِ بِقُدْسِهِ. اَللّٰهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ وَالْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ اَلْأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وِالْأَمْوَاتِ. اللهم ادْفَعْ عَنَّا الْبَلَاءَ وَالْغَلَاءَ وَالْوَبَاءَ وَالْفَحْشَاءَ وَالْمُنْكَرَ وَالْبَغْيَ وَالسُّيُوْفَ الْمُخْتَلِفَةَ وَالشَّدَائِدَ وَالْمِحَنَ، مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ، مِنْ بَلَدِنَا هَذَا خَاصَةً وَمِنْ بُلْدَانِ الْمُسْلِمِيْنَ عَامَةً، اِنَّكَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيْرٌ عِبَادَ اللهِ، اِنَّ اللهَ يَأْمُرُكُمْ بِالْعَدْلِ وَالْاِحْسَانِ وَاِيْتَاءِ ذِيْ الْقُرْبَى وَيَنْهَى عَنِ الْفَحْشَاءِ وَالْمُنْكَرِ وَالْبَغْيِ، يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ. فَاذْكُرُوْا اللهَ الْعَظِيْمَ يَذْكُرُكُمْ وَلَذِكْرُ اللهِ أَكْبَرُ
Penyunting: Zihan Nur Rahma
Penyelaras Aksara: Rahmanda Mutia Primardani
Copyright 2024, All Rights Reserved
Leave Your Comments